by

Diberitakan Berduaan dengan Istri Orang, Pastor AI Lakukan Klarifikasi

MediaKitaNews.Com – Pastor Agustinus Iwanti,Pr, Pastor Paroki Santo Yosep Kisol diberitakan tertangkap basah dengan wanita bersuami alias istri orang.

Berdasarkan hasil penelusuran Tim Media Kita News dari sejumlah pemberitaan media siber, kejadian tersebut terjadi pada Rabu, 24 April 2024.

Menurut keterangan yang disampaikan oleh Ketua Dewan Paroki Kisol, Rikus Rambe, wanita bersuami tersebut berasal dari Stasi Rende, Paroki Kisol.

Tak terima dengan aksi sang pastor dan istrinya, suami wanita tersebut melaporkan kasus ini ke Kevikepan Borong pada Rabu sore.

Lebih lanjut, Rikus Rambe menjelaskan bahwa sang pastor kabur dari pastoran usai tertangkap basah.

“Saat ini Romo Agustinus sudah tidak berada di Paroki. Kami tidak tahu dia pergi kemana,” jelasnya

setelah pemberitaan diatas mencuat ke publik, RD Agustinus Iwanti, Pr, mengklarifikasi dugaan perselingkuhan dengan wanita bersuami di wilayah parokinya.

Berdasarkan surat klarifikasi yang sedang beredar di dunia maya itu, dugaan perselingkuhan tersebut tidaklah benar.

Imam Diosesan (Reverendus Dominus/RD) yang bertugas di Paroki Kisol sejak pertengahan tahun 2022 itu, mengaku memiliki hubungan yang sangat baik dengan keluarga wanita bersuami yang dituduh ‘tidur’ dengannya. Baca Juga: Tertangkap Basah Berduaan dengan Wanita Bersuami, Oknum Pastor di NTT Kabur dari Pastoran

Pertama, semenjak saya bertugas di Paroki St. Yosef Kisol (pertengahan tahun 2022), Saya memiliki hubungan yang sangat baik dengan keluarga Bapak Tinus (biasa disapa Bapa Sindi) layaknya keluarga sendiri,” “Kedekatan hubungan ini ditandai dengan: Mereka sekeluarga sering mengunjungi saya di pastoran dan sebaliknya saya bersama semua anggota pastoran (karyawan/i) mengunjungi mereka di rumahnya,” terang RD Agustinus. Ia menambahkan, keluarga Bapa Sindi kerap kali hadir jika ada urusan keluarga di kampungnya. Baca Juga: Kreasi Lezat: Resep Tempe Kering Pedas Manis yang Awet Renyah “Dalam urusan keluarga saya di Lengko Elar (kampung saya), mereka sering hadir dan mengambil bagian. Bahkan mereka menitipkan anak mereka (Enu Itin=anak dari adik Bapak Tinus/Bapa Sindi) di pastoran untuk bantu-bantu dalam urusan rumah tangga pastoran,” jelasnya. Dalam surat klarifikasi tersebut, RD Agustinus merinci kronologi peristiwa yang menimpanya.

Kedua, Bahwa pada hari Selasa, 23 April 2024 tepatnya pukul 17.30 WITA saya dan Bapa Tinus saling berkomunikasi lewat WA seperti biasanya.

Ketiga, Pukul 17.53 WITA kami berdua sepakat untuk makan bersama di rumah beliau seperti biasanya.

Keempat, Sekitar pukul 20.00 WITA, saya bersama dengan anggota pastoran (Enu Melin/Karyawati dapur, Save/sopir, adik Kristo/adik sepupu, dan Enu Itin/anak dari adiknya Bapak Tinus) menggunakan mobil pribadi (Terios) berangkat menuju rumah Bapak Tinus di Stasi Rende.

Kelima, Kurang lebih pukul 20.30 WITA kami tiba di rumah Bapak Tinus. Saat itu yang ada di rumah: Bapak Tinus, Enu Hermin/Mama Sindi (istrinya), Anak Santos (putranya), dan Enu Siren (putri bungsunya).

Keenam, Sekitar pukul 20.30 WITA kami disuguhi minuman kopi dan hanya kepada saya diberikan minuman energen. Yang mengantar minuman oleh Enu Hermin/Mama Sindi. Dan setelah itu kami langsung makan bersama.

Ketujuh, Sekitar pukul 21.30 WITA (setelah makan malam) kami bincang-bincang santai dan sambil rekreasi main kartu dengan sangsi hukuman berdiri. Hal ini biasa kami lakukan setiap kali berkumpul. Adapaun yang ikut rekreasi main kartu: saya, Bapa Sindi, Mama Sindi dan adik Kristo. Sedangkan Enu Melin/karyawati pastoran dan Enu Itin segerah menuju kamar tidur anak Siren. Dan Safe ke kamarnya anak Santos. Hal ini juga biasa mereka lakukan karena kedekatan mereka selama ini.

Kedelapan, Karena sudah larut malam, sekitar pulul 01.00 WITA (dini hari), saya meminta anggota pastoran (Enu Melin, Safe) yang sementara tidur untuk dibangunkan dan siap-siap kembali ke Pastoran. Sedangkan Enu Itin bertahan di rumah.

Kesembilan, Akan tetapi Mama Sindi mengatakan bahwa mereka sudah tidur lelap. Lalu saya sendiri mangatakan “biar saya dan adik Kristo pulang duluan”, tetapi Bapak Sindi dan Mama Sindi menahan kami semua untuk nginap karena sudah larut malam. Kami pun mengiakan ajakan mereka.

Kesepuluh, Bapak Sindi menuntun saya ke kamar tidur yang ternyata sudah mereka siapakan. Sedangkan adik Kristo dan Bapak Sindi berbaring/tidur di tempat tidur yang letakanya di depan kamar tidur untuk saya. Mama Sindi tidur bersama anak-anak perempaunnya dan Enu Melin.

Kesebelas, Karena kelelahan (karena aktivitas sepanjang hari di pastoran), saya langsung tertidur lelap dalam kamar dengan kondisi pintu terbuka hanya ditutupi kain tirai.

Keduabelas, Kurang lebih pukul 02.00 WITA, saya terbangun karena dikagetkan dengan teriakan makian dari Bapak Sindi sambil ia mengancam mengambil parang. Saya sangat Shok dan bingung dengan keadaan sekejap itu. Dan saat itu saya melihat Mama Sindi juga ada di dalam kamar dengan kondisi berbusana lengkap, dan tiba tiba dia lari ke luar. Dan masih dalam keadaan shok, saya berusaha menenangkan Bapak Sindi. Saat itu saya masih dalam keadaan berpakaian lengkap, ditambah kain selimut dan bangun mendekati Bapak Sindi.

Ketigabelas, Karena teriakan keras Bapak Sindi berupa makian-makian dan ancaman untuk membunuh, sehingga mengakhibatkan semua orang dalam rumah ikut bangun dan ikut panik. Supaya tidak terjadi keributan besar, saya dan semua anggota pastoran segera meninggalkan rumah itu dan balik ke pastoran.

Keempatbelas, Kami pun pulan ke pastoran (tanpa enu Itin/anak dari adiknya Bapak Sindi). Baca Juga: Resep Ayam Goreng Tepung dengan Bumbu Meresap yang Matang Sampai ke Dalam Dalam perjalan pulang, persisnya di kampung Munde, saya tiba-tiba dihubungi Mama Sindi (dia dalam keadaan menangis dan ketakutan) untuk minta bantuan dijemput. Atas permintaan Mama Sindi dan demi keselamatannya, saya bersama anggota pastoran, kami kembali menjemput dia di pertengahan jalan (agak jauh dari rumahnya). Lalu kami bersama-sama dalam satu mobil menuju pastoran.

Kelimabelas, Demi keselamatan diri saya dengan karyawan, maka tepat pukul 08.00 WITA (Rabu, 24 April 2024), saya, adik Kristo dan Safe meninggalkan pastoran dan ke luar dari kota Borong.

Keenambelas, Sedangkan Mama Sindi masih di seputaran kota Borong.

Demikian klarifikasi dan kronologis peristiwa yang menimpa saya. Dengan tulus hati saya meminta maaf kepada Yang Mulia Bapak Uskup Ruteng, Vikep Borong dan Para Imam, keluarga-keluarga saya, umat paroki St. Yosef Kisol, serta seluruh umat yang terganggu karena peristiwa ini. Saya sangat memohon doa dan dukungannya agar persoalan ini cepat terselesaikan dengan baik sehingga saya bisa bertugas kembali. Terima kasih.***

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *