Kupang-Mediakitanews.com, Dalam rangka mendorong Restorasi Seni Budaya di Sekolah, UPTD Taman Budaya NTT Menggelar Talkshow Restorasi Seni Budaya di Sekolah dengan Tema Restorasi Seni Budaya Strategi Peningkatan Peran Sekolah Sebagai Pusat Kebudayaan.
Kegiatan Talkshow tersebut diselenggarakan di studio Media Kita, Jalan Piet A. Tallo nomor 22, Kelurahan Oesapa Selatan, Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang pada tanggal 9 Mei 2022 pukul 12.30 – 14.00 Wita.
Hadir sebagai narasumber dalam takshow tersebut adalah Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Henderina Laiskodat, SP. M.Si, Guru Besar Bidang Bahasa dan Kebudayaan Universitas Nusa Cendana Kupang, Prof. Dr. Frans Bustan, M.Lib, Kepala UPTD Taman Budaya NTT, Drs. Sofyan, MM dengan Moderator, Dewi Leba, SH, M.Ikom, dan disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube UPTD TAMAN BUDAYA NTT serta kanal Instagram dan Facebook.
Dalam pemaparannya, Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Henderina Laiskodat, SP. M.Si mengatakan dalam Konteks Restorasi Kebudayaan NTT, Mempunyai arti bahwa ada budaya-budaya yang sudah dilupakan, kembali diajarkan di sekolah-sekolah dan juga dilestarikan.
Sementara itu, dalam pemaparannya, Prof. Dr. Frans Bustan, M.Lib menekankan bahwa saat ini secara material seni budaya sudah masuk dalam kurikulum yang diajarkan di sekolah-sekolah. Namun di masa sekarang pendekatan kemasan baru dalam seni budaya perlu dilakukan dengan tidak menghilangkan nilai-nilai budaya NTT.
Kepala UPTD Taman Budaya NTT, Drs. Sofyan, MM, dalam pemaparannya menyampaikan bahwa dalam rangka melakukan pelestarian budaya NTT, UPTD Taman Budaya NTT melakukan pembinaan melalui materi-materi muatan lokal, namun disadari bahwa semua itu hanya sekedar kulitnya, tapi asal muasalnya tidak diketahui.
“Saat ini kita lihat bahwa cerita-cerita muatan lokal itu hanya fiktif, cerita-cerita legenda masih sangat kurang sehingga kita perlu merangkul kaum milenial untuk kembali mencintai budaya NTT termasuk musik dengan program pergelaran seni budaya berlatar cerita legenda yang ada di NTT.” Kata Sofyan.
Lebih lanjut, Prof. Dr. Frans Bustan, M.Lib mengatakan bahwa kita cenderung melupakan budaya kita. Karena taman budaya yang sesungguhnya adalah keluarga. Saat ini orang-orang atau anak-anak kita lebih nyaman meniru budaya luar dari pada budaya nenek moyang. Hal ini karena budaya kita tidak dikemas mengikuti perkembangan jaman, sehingga kita perlu mengemas ulang budaya kita dan tetap memelihara nilai-nilai budaya yang ada sesuai karakteristiknya. Apalagi masyarakat NTT ini unik karena selain beragam etnik juga beragam kultur dan lingua.
“Kebudayaan adalah cermin bagi kita. Tugas kita adalah bagaimana memperkenalkan budaya NTT kepada orang luar. Kita jangan malu mengaku sebagai orang NTT.” tandas Prof. Frans.
Pada closing statement, Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Henderina Laiskodat, SP. M.Si mengatakan bahwa kita perlu menjaga dan melestarikan budaya kita sehingga tidak diklaim oleh orang luar.***
Comment