KUPANG – Tubuh DPP Partai Golkar dikabarkan mulai memanas, suhu politik di internal partai itu diduga terkait menjelang Musyawarah Nasional (Munas) pada Desember 2019 mendatang. Berbagai pernyataan dan tudingan miring dari petinggi Golkar mulai muncul ke ruang publik menimpa Airlangga Hartarto (AH), sang nahkoda partai berlambang beringin itu.
Salah satu pernyataaanya dilontarkan senior partai Golkar Freddi Latumahina, mantan anggota DPR-MPR RI 1977-2004 silam itu menilai banyak kader Golkar di daerah merasakan dan mengeluh karena pimpinan Golkar tidak komunikatif bahkan tidak menyediakan ruang.
Pernyataaan Freddy, mendapat tanggapan dari ketua DPD I Golkar NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, menurut mantan Sekjen DPP Partai Golkar ini, ketua umum Golkar pasca reformasi mulai dari Akbar Tanjung, Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie, Agung Laksono, Setya Novanto dan saat ini Airlangga Hartarto, semunya berlatar belakang pejabat publik dan profesional di bidangnya. Kata Laka Lena, masing-masing ketua umum memiliki kemampuan dan gaya managerial yang berbeda-beda sesuai tantangan dan peluang di era kepemimpinannya.
“Selaku pimpinan Golkar di daerah saya merasa perlu menanggapi pernyataan Freddi bahwa Ketum Airlangga Hartarto tidak responsif dan menyapa pengurus daerah, mengurus organisasi tidak sesuai mekanisme dan aturan main, tidak mendukung daerah secara optimal dalam pileg pilpres kemarin,” kata Laka Lena kepada wartawan via Whatsapp (WA), Sabtu (27/7/2019) siang
Dijelaskan Laka Lena, Partai Golkar pasca reformasi harus bekerja sendiri tanpa bantuan jalur A, jalur B, plus lahirnya banyak partai oleh tokoh Golkar membuat konsolidasi kekuatan Partai Golkar pasca reformasi tidak maksimal. ”Semua Ketua Umum pasca reformasi bekerja dengan tim yang dibentuk dengan segala daya upaya pertahankan peran Partai Golkar dalam politik nasional. Prestasi terbaik dihasilkan Akbar Tanjung dan prestasi Ketum DPP PG lainnya pertahankan urutan kedua Partai Golkar,” sambungnya.
Periode kepemimpinan 2014-2019 menjadi periode sulit bagi keluarga besar Golkar. Dualisme kepemimpinan, berlanjut kasus korupsi yang menimpa pimpinan DPP PG dan pengurus daerah jadi musibah politik beruntun. Ketum Airlangga Hartarto dan jajarannya terus konsolidasi kekuatan dari pusat sampai tingkat daerah.
” Khusus kami di NTT, Ketum AH beserta jajaran DPP PG melakukan konsolidasi penutup se Indonesia Timur di Kupang NTT. Hadir belasan ribu orang dan menjadi satu – satunya partai di NTT yang melakukan konsolidasi besar bersama Ketum DPP partainya. AH juga mendorong kami mengajak senior Partai Golkar Akbar Tanjung, Aburizal Bakri dan Agung Laksono turun ke berbagai daerah se NTT menggerakkan kekuatan Golkar. Beliau bertiga turun ke NTT Akbar Tanjung ke perbatasan negara Atambua Belu, Aburizal Bakri ke Labuan Bajo Manggarai Barat dan Agung Laksono ke Waingapu Sumba Timur memperkuat konsolidasi Golkar se NTT hadapi pileg pilpres,” tegas anggota DPR RI terpilih dari Dapil NTT II ini.
Lanjut Laka Lena, demikian juga dilaksanakan Ketum melalui Korbid Pemenangan Pemilu Indonesia Timur, Melchias Markus Mekeng. “Pak Mekeng membantu kami dan teman-teman DPD PG se Indonesia dukungan pemenangan hadapi pileg dan pilpres serentak. Selama proses kampanye selama 6 bulan beberapa kali Ketum memanggil kami para Ketua DPD Partai Golkar Provinsi se Indonesia untuk koordinasi dan membahas berbagai perkembangan politik yang harus dihadapi secara bersama dan dikoordinasikan selanjutnya dengan pengurus dan keluarga besar kabupaten/kota se Indonesia,” urai Laka Lena. *(Tim/Leader).
Comment