MediaKitaNews – Perang dagang antara Amerika Serikat dan China kembali memanas setelah pemerintah China secara resmi mengumumkan kebijakan tarif balasan sebesar 125% untuk seluruh produk asal Amerika Serikat. Kebijakan ini akan mulai diberlakukan pada Sabtu (12/4/2025), sebagaimana disampaikan dalam pernyataan resmi Kementerian Keuangan China.
Langkah tegas ini merupakan respons langsung atas kebijakan Presiden AS Donald Trump yang lebih dulu menaikkan tarif impor terhadap produk asal China hingga 145%. Ketegangan perdagangan yang telah berlangsung bertahun-tahun ini kini memasuki babak baru, dengan masing-masing pihak menunjukkan sikap keras dan tidak mau mengalah.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dalam konferensi pers harian pada Kamis (10/4), memberikan pernyataan tegas.
“Jika perang adalah yang diinginkan Amerika Serikat—entah itu perang tarif, perang dagang, atau bentuk perang lainnya—kami siap berperang hingga akhir,” ujar Lin dikutip dari Instagram @fakta.indo, Jumat (11/4/2025)
Ia menegaskan bahwa China tidak akan mundur atau goyah menghadapi tekanan ekonomi dari Washington.
Namun di tengah memanasnya situasi, Presiden Trump menunjukkan sikap yang lebih lunak. Dalam pernyataannya pada hari yang sama, Trump menyatakan keinginannya untuk membuka ruang negosiasi dengan Presiden China, Xi Jinping. “Saya ingin menjalin kerja sama. Saya sangat menghormati Presiden Xi,” ujar Trump, dalam pernyataan yang kontras dengan kebijakan agresif yang sebelumnya ia tempuh.
Pernyataan ini pun menuai beragam reaksi dari warganet Indonesia, terutama setelah Video pernyataan Presiden Donald Trum dibagikan oleh akun Instagram @fakta.indo pada Jumat (11/4/2025). Beberapa komentar yang mencuri perhatian antara lain:
“LAAAH DIA YANG ANCEM DIA YANG PENGEN DAMAI 🤣🤣,” tulis akun @m.a_fahmy.
“Gayanya sok keras, tapi giliran di gas sesak nafas 😹😹,” sindir akun @odie714_.
“Lagi caper ngajak bercanda, eh yang di caperin capek, akhirnya bingung takut nggak ada temen lagi 😂,” tulis akun @i.fathurr_.
Ketegangan antara dua kekuatan ekonomi dunia ini diperkirakan akan berdampak besar pada perekonomian global, termasuk negara-negara berkembang seperti Indonesia. Para pelaku usaha internasional kini tengah bersiap menghadapi potensi gelombang baru ketidakstabilan ekonomi dunia.***