BeritaPARIWISATA

Menguak Kampung Ratenggaro : Rumah Adat, Kuburan Berusia 4.500 Tahun, dan Kuda Sandalwood

155
×

Menguak Kampung Ratenggaro : Rumah Adat, Kuburan Berusia 4.500 Tahun, dan Kuda Sandalwood

Share this article
Kampung Adat Ratenggaro / Foto : Instagram @kampungadat_ratenggaro

MediaKitaNews – Baru-baru ini, publik Nusa Tenggara Timur, terutama masyarakat Pulau Sumba dikejutkan dengan viralnya sebuah video yang memperlihatkan pengalaman kurang menyenangkan di Kampung Adat Ratenggaro.

Video tersebut diunggah oleh kanal YouTube Jajago Keliling Indonesia, dan menampilkan momen ketika kru mereka merasa dipalak saat hendak mengunjungi lokasi wisata tersebut.

Example 300x600

Dalam rekaman itu, tim Jajago mengaku diberhentikan oleh sejumlah warga yang kemudian meminta sejumlah uang dengan berbagai alasan, mulai dari tarif parkir, izin menggunakan drone, hingga “sumbangan sukarela” untuk mengambil foto. Bahkan, salah satu pihak yang meminta uang diduga merupakan tokoh adat setempat.

Ketegangan semakin terasa saat kru Jajago menyerahkan uang Rp50.000, padahal sebelumnya disebutkan hanya diminta Rp20.000. “Bukannya tadi bilang Rp20 ribu?” tanya salah satu anggota tim. Namun dijawab tegas, “Tidak, Rp50 ribu!”

Kejadian ini tentu memicu rasa penasaran publik mengenai tempat yang selama ini dikenal sakral dan eksotis itu. Berikut ini ulasan mengenai Desa Adat Ratenggaro, yang disarikan dari situs indonesiajuara.asia.

Menelusuri Sejarah dan Keunikan Desa Adat Ratenggaro

Desa Adat Ratenggaro terletak di Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur. Tempat ini bukan sekadar desa biasa, tapi juga menyimpan jejak masa lampau dari zaman megalitikum.

Nama “Ratenggaro” sendiri merupakan gabungan dari kata “rate” yang berarti kuburan dan “Garo,” yakni nama suku yang pernah tinggal di kawasan tersebut. Menurut cerita masyarakat setempat, pernah terjadi konflik antara suku pendatang dan suku Garo. Dalam peristiwa itu, suku Garo kalah dan dikuburkan di tempat tersebut. Inilah yang menjadikan kawasan ini penuh nuansa mistis dan historis.

Keindahan Pantai di Ratenggaro / Foto : Instagram @kampungadat_ratenggaro

Akses Menuju Lokasi

Untuk mencapai Ratenggaro, pengunjung perlu menempuh jarak sekitar 56 km dari Tambolaka. Waktu perjalanan berkisar antara 1,5 hingga 2 jam. Sayangnya, belum tersedia transportasi umum langsung ke sana, sehingga alternatifnya adalah menyewa kendaraan pribadi atau menggunakan jasa ojek setelah turun di Kecamatan Bondo Kodi.

Meski perjalanannya cukup panjang, keindahan panorama alam selama perjalanan menjadi daya tarik tersendiri. Akses jalannya pun kini sudah diaspal dengan baik.

Sunset di Ratenggaro / Foto : Instagram @kampungadat_ratenggaro

Uma Kelada: Rumah Adat Bertingkat Empat

Salah satu ikon dari Ratenggaro adalah rumah adatnya yang bernama Uma Kelada. Rumah ini berbentuk rumah panggung dengan atap menjulang tinggi sekitar 15-20 meter. Keunikan dari rumah ini terletak pada fungsinya yang terbagi menjadi empat tingkat:

  • Tingkat 1: Tempat hewan ternak

  • Tingkat 2: Area tempat tinggal

  • Tingkat 3: Dapur dan gudang hasil panen

  • Tingkat 4: Tempat menyimpan benda pusaka dan simbol spiritual

Di desa ini juga terdapat empat rumah sakral yang melambangkan struktur kekerabatan adat, masing-masing menghadap ke empat penjuru mata angin. Keempat rumah tersebut tetap berada di posisi yang sama sejak dahulu, sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur.

Rumah adat di Ratenggaro / Foto : Instagram @kampungadat_ratenggaro

Situs Megalitikum Berusia Ribuan Tahun

Ratenggaro juga dikenal sebagai situs arkeologis dengan lebih dari 300 kuburan batu yang berusia sekitar 4.500 tahun. Tiga di antaranya berada di tepi pantai dan memiliki ukuran sangat besar, menyerupai meja batu. Kuburan-kuburan ini tetap kokoh meski terus dihantam ombak laut.

Selain itu, terdapat sejumlah tugu keramat seperti:

  • Tugu Katode: dipercaya memberi kekuatan dalam pertempuran

  • Tugu Segel Kampung: penanda wilayah adat

  • Tugu Ambu Lere Loha: diyakini memiliki kekuatan guntur dan kilat

  • Tugu Hujan: tempat memohon hujan

Ukiran-ukiran pada batu menambah nuansa mistik yang membuat tempat ini terasa hidup dengan sejarah dan spiritualitas.

Kubur Batu Megalithikum / Foto : Instagram @kampungadat_ratenggaro

Aktivitas Wisata: Menunggang Kuda Sandalwood

Salah satu kegiatan seru yang bisa dilakukan di Ratenggaro adalah menunggang kuda Sandalwood, jenis kuda khas Sumba yang kecil namun gesit. Hanya dengan Rp50.000, pengunjung bisa menunggangi kuda ini menyusuri pantai, bahkan mencobanya berenang di laut dangkal.

Kuda Sandalwood merupakan hasil persilangan antara kuda Arab dan kuda poni lokal. Meski berukuran kecil, kekuatan dan daya tahan kuda ini tak kalah dengan kuda-kuda besar.

Berkuda di Ratenggaro / Foto : Instagram @kampungadat_ratenggaro

Catatan untuk Wisatawan

Meski keindahan dan kekayaan budaya Ratenggaro tak terbantahkan, kejadian seperti yang dialami kru Jajago menunjukkan pentingnya pengelolaan wisata yang lebih profesional dan ramah. Interaksi antara wisatawan dan masyarakat lokal perlu dijaga agar saling menguntungkan dan memperkuat citra baik pariwisata Sumba.

Desa Adat Ratenggaro tetap menjadi destinasi yang wajib dikunjungi, dengan catatan: wisatawan perlu memahami norma-norma adat yang berlaku dan mempersiapkan diri secara bijak.***

Example 300250
Example 120x600