BeritaPARIWISATA

Kampung Adat Bena, Jejak Leluhur yang Hidup di Tengah Kabut dan Batu

171
×

Kampung Adat Bena, Jejak Leluhur yang Hidup di Tengah Kabut dan Batu

Share this article
Gadis Berpakain adat di kampung Adat Bena / Foto : Instagram @kampungadat_bena

MediaKitaNews – Pagi hari menyelimuti Bena dalam kabut tebal dan hawa dingin yang menggigit, namun semangat anak-anak kampung adat di ketinggian 2.245 meter ini tak pernah surut. Suara tawa riang mereka memecah keheningan, berlarian di antara rumah-rumah kayu yang berdiri kokoh di atas susunan batu. Di sinilah, di Desa Tiworiwu, Kecamatan Jerebu’u, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, kampung adat Bena mempertahankan denyut tradisi yang telah hidup lebih dari 1.200 tahun silam.

Dilihat dari udara, deretan rumah yang tersusun rapi seolah menyerupai bentuk kapal besar yang berlabuh di ujung tebing. Kampung ini dikelilingi bentang alam yang megah: hutan bambu dan beringin yang tak lekang oleh musim, dan Gunung Inerie yang menjulang anggun di kejauhan seperti piramida raksasa yang menjaga keberadaan Bena. Di sekitarnya, Bukit Wolo Ra, Bukit Manulalu, dan pantai selatan Pulau Flores menciptakan lanskap luar biasa.

Example 300x600

Warisan Megalitikum yang Masih Hidup

Bena dikenal sebagai kampung para dewa. Penataan permukiman di sini sarat makna dan filosofi. Rumah-rumahnya, sekitar 45 unit, dibangun membentuk huruf U dan seluruh material bangunan berasal dari alam sekitar. Didirikan di atas batu-batu besar, rumah-rumah itu berdiri tanpa mengubah kontur tanah sedikit pun, menjadikan Bena tampak seperti kampung berundak di atas panggung batu raksasa.

Rumah khas Bena beratap alang-alang (keri) yang dianyam dan bisa bertahan hingga tiga dekade. Setiap bagian rumah menyimpan cerita dan nilai adat. Halaman tengah kampung, kisanatapat, menjadi ruang sakral di mana berdiri simbol-simbol leluhur: nga’du dan bhaga, masing-masing berjumlah sembilan, sesuai jumlah suku di kampung ini. Nga’du adalah lambang nenek moyang laki-laki, berbentuk tiang beratap ijuk seperti payung. Sedangkan bhaga, simbol leluhur perempuan, menyerupai miniatur rumah adat.

Kampung ini dihuni oleh sembilan suku besar: Tizi Azi, Tizi Kae, Wato, Deru Lalulewa, Deru Solamai, Ngada, Khopa, Ago, dan Bena — suku tertua sekaligus pendiri kampung. Total terdapat sekitar 57 kepala keluarga, lebih dari 360 jiwa yang menjaga warisan leluhur dengan penuh kebanggaan.

Rumah, Tempat Pulang dan Mewariskan Nilai

Di Bena, rumah tidak sekadar tempat tinggal. Ia adalah ruang untuk berkumpul, mendengar petuah para tetua, dan menyelesaikan berbagai persoalan hidup bersama. Di ruang-ruang kayu inilah nilai-nilai diwariskan, dan kisah leluhur terus diceritakan pada generasi baru.

Hiasan berupa tanduk kerbau, rahang, dan taring babi menggantung di depan rumah menjadi simbol status sosial yang diperoleh dari ritual adat setiap suku. Batu-batu megalitik, seperti Watu Lewa, Nabe, dan Turbupati — kursi batu bagi kepala suku — menjadi saksi bisu ritus dan pengambilan keputusan masyarakat.

Rumah-rumah di Kampung Adat Bena / Foto : Instagram @kampungadatbena_

Tenun dan Kehidupan yang Selaras

Warga Bena hidup selaras dengan alam. Kaum laki-laki mengelola kebun yang menghasilkan kakao, cengkeh, dan kemiri, sementara perempuan menenun kain dengan motif khas yang dijual kepada wisatawan. Tenun ini bukan hanya kerajinan, tetapi juga bagian dari identitas budaya.

Akses dan Wisata Budaya

Untuk menjangkau Bena, wisatawan dapat menempuh perjalanan sejauh 22 kilometer dari Bajawa. Meski jalurnya penuh tanjakan dan kelokan tajam, pemandangan alamnya menyuguhkan pengalaman tak terlupakan. Dari Labuan Bajo, perjalanan ke Bajawa memakan waktu sekitar 7–8 jam via darat.

Bena dibuka untuk kunjungan mulai pukul 08.00 hingga 17.00 Wita. Tiket masuk ditetapkan sebesar Rp20.000 untuk wisatawan domestik dan Rp25.000 bagi wisatawan mancanegara.

Setiap pengunjung disambut hangat oleh tokoh adat dengan pengalungan selendang, sebagai bentuk penerimaan dalam tradisi Bena. Seluruh dana tiket dikelola oleh tetua adat untuk pelestarian kampung.*** (Disadur dari Indonesia.go.id)

Example 300250
Example 120x600