MediaKitaNews – Pertandingan antara China dan Timnas Indonesia pada matchday 4 Grup C ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia (AFC), yang berlangsung pada Selasa (15/10/2024) di Qingdao Youth Stadium, Qingdao, China, menjadi bukti bahwa penguasaan bola yang dominan tidak selalu menjamin kemenangan. Meskipun Garuda berhasil menguasai bola hingga 75,9 persen, mereka tetap harus menyerah dengan skor 2-1 di hadapan sang tuan rumah.
Statistik yang Kontras: Penguasaan Bola vs Efektivitas Serangan
Selama 90 menit pertandingan, Timnas Indonesia memegang kendali permainan dengan dominasi ball possession sebesar 75,9 persen, sedangkan China hanya menguasai 24,1 persen. Namun, efektivitas serangan China terbukti jauh lebih mematikan. Meski minim penguasaan bola, tim berjuluk “The Dragons” mampu mencetak dua gol, berkat ketajaman dua penyerang mereka, Zhang Yuning dan Behram Aduweli.
Sementara itu, Garuda, meskipun mendominasi permainan, hanya mampu mencetak satu gol. Indonesia menciptakan total 14 peluang, namun hanya 6 di antaranya yang tepat sasaran, dengan satu-satunya gol berasal dari salah satu dari sedikit peluang tersebut. Kegagalan dalam memanfaatkan banyaknya peluang ini menjadi salah satu faktor utama kekalahan.
Masalah Pertahanan dan Penyelesaian Akhir
Salah satu masalah utama yang dihadapi Timnas Indonesia dalam pertandingan ini adalah rapuhnya barisan pertahanan, yang terlihat kurang solid dibandingkan tiga laga awal mereka di babak kualifikasi. Ketidaksigapan lini belakang ini menjadi celah yang dimanfaatkan oleh China untuk mencetak dua gol. Di sisi lain, penyelesaian akhir para pemain Indonesia juga tidak maksimal, dengan banyak peluang yang gagal dikonversi menjadi gol.
Kedewasaan Bermain Tim Tuan Rumah
Selain itu, duel satu lawan satu antara pemain-pemain kedua tim juga kerap dimenangkan oleh China. Kedewasaan bermain The Dragons, dengan rata-rata usia pemain mencapai 29 tahun, memberikan mereka keunggulan dalam hal fisik dan pengalaman di lapangan. Hal ini semakin menambah kesulitan bagi Garuda dalam mengatasi serangan balik dan pertahanan kuat yang diterapkan oleh tuan rumah.
Dengan kekalahan ini, Timnas Indonesia harus segera melakukan evaluasi untuk menghadapi pertandingan selanjutnya di babak kualifikasi Piala Dunia 2026. Meskipun penguasaan bola menjadi salah satu kekuatan mereka, efektivitas serangan dan kekompakan di lini pertahanan perlu ditingkatkan agar peluang lolos ke turnamen terbesar dunia tersebut tetap terbuka.
Shin Tae-yong : China Memainkan Taktik Klasik
Setelah pertandingan pelatih Timnas Indonesia menyebut bahwa dirinya tidak ingin membuat banyak alasan karena kalah dari China.
“Karena kami kalah di pertandingan ini, saya tidak mau membuat banyak alasan. Bagaimanapun, saya tidak menduga gaya bermain tim China. Mereka memainkan taktik klasik seperti bola-bola panjang, dengan kick and rush. Bagaimanapun itu mungkin merupakan alasan tim kami kalah pada hari ini,” kata Shin dikutip dari Antara, Rabu, (16/10/2024).
“Sedikit kurang konsentrasi yang menyebabkan kemasukan gol pertama. Kami semestinya dapat lebih berkonsentrasi. Dan untuk gol kedua, terdapat kesalahan. Kami semestinya tidak kehilangan bola akibat tekanan lawan di sana,” tambah Coach Shin Tae-yong.***
Comment